Minggu, 30 Maret 2008

PARADOKS PARA PENGEMIS

Hampir setiap hari saya menjumpai pengemis,entah itu di lampu merah,di pasar Jatinegara atau Tanah Abang ataupun diberbagai sudut kota jakarta.Ada yang sudah tua,yang muda tapi cacat atau bahkan yang masih balita.Memilukan memang,tapi itulah realita yang ada.
Memang tidak mudah untuk mengambil sikap ketika ditodong olah para pengemis,entah memberi atau tidak,dan menurut saya tidak ada salah atau benar dengan pilihan sikap kita,tergantung sudut pandang kita.

Mungkin ada yang memberi karena memang pemurah atau karena kasihan,sedang mood,baru dapat rezeki atau bahkan untuk menutupi rasa bersalah karena habis berbuat dosa dan mungkin masih ada sejuta alasan lain ketika kita memberi pengemis.Sedang alasan tidak memberi juga sangat beragam,bisa karena pelit,lagi bokek,lagi bete atau karena tidak setuju dengan profesi yang satu ini.Kalau tidak salah MUI pernah mengeluarkan fatwa tentang larangan memberi sedekah kepada orang yang berprofesi pengemis.

Memang sudah menjadi rahasia umum,bahwa para pengemis yang ada di seantero Jakarta atau bahkan di seluruh Indonesia menjadikan mengemis sebagai profesi bahkan ada yang mengorganisir dengan menyediakan layanan antar jemput.Canggih bukan..?.Mungkin juga ada yang yang berburu calon pengemis ke desa-desa tertinggal,semakin tua atau semakin cacat akan semakin diterima karena itulah senjata utama "profesi" ini,sangat berbeda dengan persyaratan melamar pekerjaan formal.

Ok...saya tidak akan ngelantur lebih jauh lagi tapi pada postingan kali ini saya akan mengomentari tentang sifat pengemis yang sebetulnya sangat OPTIMIS.nah lho...gimana sih?,begini saudaraku,coba Anda perhatikan bila menjumpai pengemis,apakah mereka menyerah bila ditolak orang?,bukankah mereka akan mencari "prospek"baru dan tidak akan berhenti sampai penghasilan hari itu dirasa cukup,padahal mereka tidak pernah ikut seminar atau pelatihan tentang memprospek orang dan bagaimana menclosing prospek.Bukankah sebetulnya mereka tidak punya rasa putus asa?,dan bagaiman body language mereka yang sangat totalitas bak aktor kawakan agar menimbulkan rasa iba.Disisi inilah saya melihat sebuah paradoks sifat pengemis,disatu sisi mereka kelihatan sangat lemah dan tidak berdaya tapi disisi lain sebetulnya mereka punya daya juang yang sangat tinggi untuk bertahan hidup dan mencari nafkah.tetapi yang salah adalah penerapan rasa optimis dan totalitas tadi pada profesi yang sangat dibenci Allah SWT .

Tapi kenapa kok mereka memilih profesi tersebut?.Mungkin mereka punya alasan yang sangat beragam.Coba seandainya mereka memilih profesi sebagai saleman atau menggeluti bisnis MLM,mungkin mereka akan sukses luar biasa bila sifat optimisme dan pantang menyerah masih melekat pada diri mereka.Dan juga mereka akan semakin terasah dengan pelatihan dan seminar,sehingga keahlian mereka semakin meningkat.
Tapi menurut saya memang manusia cenderung punya sikap yang paradoks atau bertolak belakang,dan mungkin ini kelemahan manusia.Misalnya sebagai pebisnis saya menjumpai paradoks pebisnis dalam masalah persaingan.Banyak sekali yang merasa siap untuk menyaingi tetapi belum atau bahkan tidak siap ketika disaingi.Contoh kasusnya begini:Ada seorang pedagang bernama Hero,dia sudah siap untuk buka cabang di sebelah kompetitor bernama Zero,akan tetapi mas Zero merasa terusik dengan dibukanya toko si Hero disebelah tokonya.Mas Zero menyampaikan keberatanya kepada si Hero dengan berbagai alasan dan pertimbangan akan tetapi si Hero tidak memperdulikan keberatan mas Zero karena ia merasa lebih besar dan merasa bahwa dia akan memenangkan persaingan di wilayahnya mas Zero dan menurut dia alasan yang dikemukakan mas Zero terlalu mengada-ada.Setahun berlalu dan terbukti bahwa tokonya si Hero akhirnya lebih ramai dibanding tokonya mas Zero.
Di bulan berikutnya ternyata ada rencana dari konglomerat bernama pak Giant yang akan membuka cabang di sebelah tokonya si Hero yang pertama,dan ternyata si Hero juga merasa terusik dan mengajukan keberatan kepada pak Giant agar tidak jadi membuka cabang di sebelah tokonya,dan ternyata alasan yang dikemukakan si Hero sama persis dengan alasan mas Zero setahun yang lalu dan pada saat itulah dia merasa bahwa keberatan mas Zero setahun yang lalu ternyata benar dan realistis.Ternyata pak Giant juga tidak menggubris protes si Hero dan di bulan itu dibukalah toko Pak Giant yang 10 kali lebih besar dan lebih lengkap serta lebih murah persis disebelah tokonya si Hero.Setelah berjalan 2 bulan akhirnya tokonya Si Hero terpaksa ditutup karena kalah bersaing dengan tokonya pak Giant.
Dalam kasus ini kita lihat si Hero siap menyaingi akan tetapi belum siap disaingi,dan memang begitulah kebanyakan manusia selalu melihat sesuatu dari sudut pandang yang sempit,menguntungkan dia atau tidak titik.
Apa komentar Anda...?
Salam sukses slalu...
By:Mukhlis,Owner BM.Raihan

0 komentar: