Selasa, 01 April 2008

MENDENGARKAN ITU KADANG TIDAK MUDAH


Beberapa bulan terakhir saya baru menyadari telah bekerjasama dengan orang yang tidak mau lagi mendengarkan suara para mitra bisnisnya.Sebenarnya saya sudah hampir 6 tahun bermitra dengan Big Boss yang satu ini.Dan memang saat ini sang Big Boss sedang gencar-gencarnya menggenjot omset bahkan tahun ini katanya mentargetkan buka 100"cabang " di seluruh Indonesia.Funtastic bukan...?


Selama hampir 6 tahun,bisa dibilang saya tidak pernah meleset dari target omset yang dibebankan kepada saya dan sering terlampaui beberapa kali lipat bahkan kalo bulan puasa bisa 5 kali lipat atau malah lebih.Begitu juga dengan banyak agen yang lain,yang selalu melebihi target omset minimal.Tetapi yang kami rasakan saat ini adalah merasa ditinggalkan oleh sang Big Boss dan malah menjadi ancaman bagi kelangsungan bisnis saya dan teman-teman agen yang lain.


Sebetulnya kami para agen sangat setuju dengan blue print bisnis sang Big Boss,akan tetapi realita dilapangan berbeda dengan visi dan misi Perusahaan yang begitu suci dan indah diatas kertas tetapi ompong dalam penerapan.Kesalahan paling fatal menurut saya adalah,miss komunikasi yang kerap terjadi serta sang Big Boss tidak mau lagi mendengarkan suara agen lagi dan seakan-akan para agen yang kritis dianggap sebagai pembrontak.Begitu juga dengan aturan yang dirubah seenak udelnya sang Big Boss dan kita para agen hanya disuruh tanda tangan dan harus setuju. Padahal status kami para agen adalah mitra dari perusahaan sang Big Boss tapi seakan kami dianggap sebagai pedagang kaki lima yang belum bayar uang lapak yang sedang diancam preman.Seraaam bukan...?


Sekitar 2 minggu yang lalu kami berdelapan mewakili 6 agen datang ke kantor pusat sang Big Boss memenuhi undangan untuk mendengarkan dan didengarkan.Tetapi setelah di ruang meeting ternyata sang Big Boss tidak hadir dan hanya di wakili General Manager,Manager Marketing serta Bendahara dan seorang staff lainya.Setelah mendengarkan panjang lebar paparan dari para manager akhirnya perdebatan sengitpun terjadi.Banyak protes dan uneg-uneg yang selama ini dipendam dimuntahkan semua.Hampir semua pertanyaan tidak terjawab dan sampai hari inipun kami belum mendapat kejelasan jawaban.


Salah satu yang menggelitik kami para agen adalah ketakutan kami tentang persaingan yang tidak sehat adalah ketakutan Big Boss juga tetapi dalam dimensi yang berbeda.Dan pada postingan yang lalu sudah saya singgung sedikit.Begini persisnya;Kami para agen yang selama ini menjual produk sang Big Boss mendapatkan protec area,jadi jika sudah ada agen di suatu wilayah dijamin tidak akan ada agen lain diwilayah yang sama.Dan itu yang selalu diagung-agungkan dalam sistem distribusi perusahaan Big Boss.Tetapi akhirnya dibuatlah level distribusi diatas agen semacam "cabang"lah.Tanpa sosialisasi yang memadai,kami-kami sebagai agen yang produktif diwajibkan untuk naik ke level tersebut dengan investasi antara 5 sampai 10 kali lipat dari investasi agen.Dan ternyata banyak yang menolak walaupun ada beberapa agen yang mengambil peluang tersebut dan ternyata ada beberapa yang ngambil karena terpaksa karena takut wilayahnya diambil alih Big Boss.Alasan penolakan juga sangat beragam dari masalah kurang modal,penetrasi pasar yang belum memadai,menunggu setahun lagi,pengen melihat contoh sukses yang sudah buka "cabang",belum siapnya SDM kantor pusat,stok barang yang sering kosong atau karena penolakan para sub agen serta ketakutan akan terjadi kanibalisme pasar yang dimiliki agen dan para sub agen yang selama ini sudah dirintis dengan susah payah akan tersedot secara otomatis ke "cabang" yang bisa melayani eceran serta grosir dengan produk yang lebih lengkap,tempat yang nyaman dan luas serta bisa bikin obralan kapan saja yang tidak mungkin bisa dilakukan agen apalagi sub agen dan berbagai alasan penolakan yang lain.

Tapi yang paling menyakitkan adalah kabar yang beredar bahwa bila kami tidak mau mengambil peluang ini maka sang Big Boss yang akan buka "cabang" di wilayah agen tersebut.Jadi kami para agen harus bersaing dengan "cabang" yang dimiliki sang Big Boss,hilanglah protec area yang selama ini dipuja-puja sebagai sistem terbagus menurut Big Boss.Kalau kami harus bersaing dengan kompetitor produk lain kami sangat siap dan itu "makanan" kami sehari-hari sebagai pebisnis tetapi kami harus bersaing dengan produk Big Boss sendiri yang sudah merasa besar dan seakan tidak membutuhkan para agen lagi,padahal perusahaan Big Boss menjadi besar juga karena peran seluruh agen yang berkontribusi dalam penjualan.

Yang menurut kami paling tidak etis adalah karena sang Big Boss tidak melihat perjuangan para agen dalam mengedukasi pasar selama bertahun-tahun dan banyak yang sampai "berdarah-darah" dalam memasarkan produk sang Big Boss dan setelah "kuenya" kelihatan besar seakan dibuat skenario bagaimana wilayah tersebut bisa diambil alih oleh Big Boss,seakan kami hanya dijadikan kelinci percobaan untuk test market sehingga Big Boss bisa memetakan mana pasar yang bagus dan yang memble.Yang bagus buat Big Boss and yang memble buat lu aje aje...

Dan ketika saya tanyakan ke General manager,bagaimana seandainya kasus yang menimpa kami ini di copy paste pada perusahaan Big Boss,ternyata mereka bilang juga tidak mau dan akan menolak mentah-mentah.Skenarionya bisa kita bikin seperti ini;Pada saat merintis usaha sang Big Boss bekerja sama dengan beberapa supplyer bahan baku dan setelah beberapa tahun pertumbuhan perusahaan Big Boss semakin bagus begitu juga dengan perusahaan supplyer.Ternyata ada salah satu perusahaan Supplyer yang tumbuh sangat funtastic lalu mensyaratkan kepada semua perusahaan yang menjadi rekanannya termasuk perusahaan sang Big Boss untuk mematuhi satu syarat mutlak yaitu;Harus membeli bahan baku dari dia saja dan tidak boleh membeli dari pabrik lain kalo tidak setuju,maka kerjasama otomatis batal dan tidak bisa dilanjutkan.Akhirnya dengan terpaksa Perusahaan Big Boss mematuhi peraturan tersebut.Setelah setahun berjalan perusahaan supplyer punya MIMPI BESAR dan target yang sangat dahsyat.Untuk mencapai MIMPI BESAR tersebut perusahaan supplyer tersebut mengharuskan semua rekanan termasuk perusahaan Big Boss untuk mencapai target yang dipatok oleh perusahaan supplyer tanpa sosialisasi yang memadai dan tanpa memperhatikan kondisi perusahaan rekanan.Dan ternyata perusahaan sang Big Boss ditarget 2 juta ton sebulan padahal biasanya hanya 200 ribu ton dan kalau Big Boss tidak bisa memenuhi target itu maka dianggap menghalang-halangi MIMPI BESAR perusahaan supplyer maka perusahaan supplyer tadi akan memproduksi produk yang sejenis dengan perusahaan Big Boss dan akan dijual disamping tokonya Big Boss.Ternyata pada akhirnya sang Big Boss merasa di dholimi oleh perusahaan supplyer tersebut yang menjadi besar karena kontribusi dari para rekanan dan salah satunya adalah sang Big Boss dan setelah perusahaan supplyer tadi menjelma menjadi Raksasa yang "memakan" rekanannya sendiri sadarlah sang Big Boss kalau selama ini hanya diperalat serta dijadikan mata-mata perusahaan supplyer karena "kue" yang ia besarkan dengan susah payah tadi akan direbut oleh supplyer dan akhirnya Big Boss memilih untuk pecah kongsi dengan supplyer tak tahu diri tersebut.

Menurut saya memang mimpi besar sang Big Boss sangat bagus tetapi karena belum terkomunikasikan dengan baik sehingga mimpi besar tersebut belum menjadi mimpi besar semua agen serta langkah yang diambil cenderung menggunakan teori menang-kalah bukan sama-sama menang maka yang terjadi adalah resistensi dari para agen dan itu sangat lumrah.Saya sendiri sebetulnya lebih memilih hengkang dari kemitraan yang tidak sejajar ini tetapi karena dorongan dan rasa kebersamaan dengan para agen lain sehingga merasa terpanggil untuk menyuarakan protes yang lebih keras secara bersama-sama.Semoga cepat menuai hasil.....kalau tidak ya harus cepat-cepat memulai nex opportunitys

Memang tidak mudah untuk mendengarkan yang kecil ketika sudah terlanjur besar

Apalagi bila sudah lupa daratan......

Yang dilihat hanya keuntungan.....

Tak memperdulikan pengorbanan...

Yang tlah di torehkan...

Tuk menjadi besar...

Yang kecil selalu terabaikan....

Kasihaan....

Tapi ini belum penghabisan..

Masih ada episode lanjutan...

Kami akan buktikan....

Semoga bermanfaat and saya tunggu komentar dan saran-sarannya...atau Anda punya produk yang bisa kami pasarkan...?

Salam sukses slalu...
By:Mukhlis,Owner BM.Raihan

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Pak Mukhlis, kami ikut merasakan apa yg Pak Mukhlis rasakan. Memang bisnis (baca: Uang) sering membuat silau. Niat mulia yang awalnya diusung dlm berbisnis, mudah sekali luntur kalau sudah bicara target (uang).
Tidak ada lagi mitra kalau kepentingannya sudah berbeda.
Saya juga kasihan sama Big Boss...

Fuad Muftie